Nusakambangan, Pulau Kematian yang Memukau

 

IMG_20171216_152159[1]
Ada apa di sana?

Holiday is coming – Kali ini tentang seupil perjalanan saya ke tempat yang mendengar namanya saja sudah  aneh. Yups,  Pulau Kematian atau Nusakambangan yang ikonik  ini bukan hanya menampung  jawara-jawara penjahat di dalam jeruji besi. Ia juga punya dua sisi sekaligus: angker dan indah. Alcatraznya Indonedia ini letaknya tidak terlalu jauh, sekitar 15 menit dari  Teluk Penyu.  Disarankan jangan berenang ke sini karena dipastikan bakalan gempor. Hhhkkkkk.

Bertepatan dengan liburan panjang di akhir pekan ( 3 hari), kesempatan  untuk pulang kampung ke kampungnya orang tua dan mumpung my hero (nyokap) juga lagi di sana.  Berangkat dari my jungle land, Cikupa, saya izin pulang lebih cepat dari tempat kerja sama si bos. Setelah beberesan sebentar dikos, saya langsung tancap gas pesan uber car buat nganterin  ke terminal. Berasa orang kaya… Bukaaan..itu karena dari pagi ampe sore langitnya syahdu terus, hujan, jadi daripada  kejebak basah di jalan ya mending selametin diri sebelum berperang. Wekekekekekk. Dan akhirnya saya nyesel pesan car karena sampe tempat tujuan langit cerah sumringah. Beff.. ya gapapalah sekali-kali buang duit kan.

Oh ya buat kamu yang kebetulan berangkat dari Cikupa dan sekitarnya, ada beberapa tempat keberangkatan bus jurusan ke cilacap. Bisa dari terminal Pasar Kemis, Bitung, Terpinal Poris, di tempat lain juga ada tapi saya tidak tahu. Sebaiknya booking dulu biar enggak kehabisan tiket, apalagi kalau weekend atau libur panjang. Beli tiket mendadak juga bisa tapi usahakan sampai di di agen maksimal jam 16.30. Kalau keberangkatannya sih suka lama, kadang sampe malam.

Selain bus, kereta api juga bisa jadi  pilihan.  Selain nyaman  juga cepat karena jalannya cuma satu, jadi enggak bakalan  didahului.  Kkwkkkkwkk. Susahnya sih harus berangkat ke stasiun Senen di Jakarta dulu.

Saya berangkat dari Bitung, orang biasa menyebutnya  Kolong atau Kolong Bitung, sekitar jam 8 malam. Karena kehabisan tiket akhirnya naik bus tambahan yang katanya bus pariwisata. Harganya jadi agak mahal dikit. Yah, its ok lah, daripada enggak pulang dan bus pariwisata kan biasanya rada cakepan. Tapiii..pas  mobilnya jalan, kretek..kretek…kreteekk.. Itu mobil bunyi-bunyi mirip kakek-kakek yang tulangnya kurang pelumas. Hadoh, saya sampe beberapa kali terbangun karena kaget dan berasa mau oleng saat mobil melewati  jalanan yang penuh duri eh  tak mulus. Ditambah macet total sepanjang Cikupa-Jakarta, perjalanan yang biasanya  cuma 10-11 jam-an ini jadi molor  sampe 15 jam.

Singkat cerita (padahal udah panjang x lebar), saya berangkat ke Nusakambangan dengan mama, keponakan, dan  teman Jumbara PMR dulu yang kerja di Cilacap.  Berbekal  pengetahuan dari browshing-browsing dulu sebelum berangkat saya mencoba nego dengan bahasa Ngapak. Coz katanya,  tarifnya bisa turun dari 50 ribu jadi 20 ribu.  Awalnya kami ditawari  60 ribu per orang. Setelah tawar menawar kayak beli cabe  di pasar ikan, akhirnya mentok 30 ribu. FYI, ternyata harganya bisa beda-beda tergantung jam. Kalau tergolong masih pagi seperti kami, mungkin emang rada alot nawarnya karena masih sepi. Tapi kalo berangkatnya udah mendekati sore ditambah  lagi kalau rombongan,  mereka bisa dengan ikhlas ngasih tarif 10 ribu per orang. Tapi tetep aja, kalian harus berlagak wong Ngapak.

IMG_20171202_101553[1]
Bersama keluarga itu bahagia

Dari Teluk Penyu sekitar jam 10.30  dan sampailah kami di  pulau Nusakambangan. Betewe, pulaunya besar. Saya ngarepnya bisa ngeliat lapaz walaupun dari kejauhan, tapi ternyata Lapaz letaknya jauh dan enggak keliatan.

Sampai di pulau, kita akan dikenakan biaya masuk sebesar 6 ribu perorang.  Kalau hanya menyusuri pantai disebelah timur kita bisa jalan sendiri, tapi kalau mau menyusuri bagian yang agak dalam dan jauh  sebaiknya minta ditemenin mas mas  guide buat ngejaga,  nunjukin arah, dan ngasih informasi yang lengkap. Tapi ya harus rela dengan tarif…berapa ya saya lupa, sekitar 150 ribu ke atas kalau tidak salah. Berhubung saya tidak rela dan bawa orang tua serta anak kecil tentu sangat rempong kalau harus menelusuri hutan terlalu jauh. Kalo anak-anak muda aja sih pengen banget muterin itu pulau.

img_20171202_1118291-e1513412209998.jpg
Jalan menuju destinasi. Menantang boo

Hutan belantara, jalan bebatuan naik turun dan berkelok cukup asyik dan menantang untuk dilalui. Sesekali terasa ngeri oleh suasana yang sepi dan dingin. Pulau ini benar-benar masih alami padahal sangat terkenal dan lumayan banyak dikunjungi orang. Mungkin karena pertimbangan keamanan kali ya jadi enggak dibangun fasilitas atau mugnkin juga pemerintah yang kurang perhatian.

IMG_20171202_112939[1]
Waktu ku kecil digendong-gendong… Sudah besar harus sayang -Wafiq Almair ‘Abqori-

Di pos  pertama ada beberapa guide yang standby  dan penduduk yang jualan madu, minuman, dan beberapa makanan lainnya. Di sebelah kiri dari pos ada jalan menuju Pantai Pasir Putih yang pertama.  Kami pun turun untuk menikmati deburan ombak dan main-main pasir sejenak.  Buah kelapa, ranting,  dan sampah-sampah daun yang terbawa ombak berserakan di sekitar pantai. Wah kalo terdampar di sini sendirian kayak di film Cast Away itu gimana ya.  Nangis enggak berenti-berenti  dah.

IMG_20171202_113309[1]
Pantai Pasir Putih. Alami dan tenang

 

IMG_20171202_113648[1]
Our holiday. Happy Holiday. Happy Saturday

Dari pos tadi, kalau terus menyusuri ke bagian atas kamu akan menemukan peninggalan sejarah zaman penjahan.  Tidak jauh dari pos, Gerbang Benteng Karang Bolong akan menyambut  setiap pengunjung yang ingin berwisata sejarah maupun wisata alam  Pantai Pasir Putih yang lebih luas di bagian atas.

IMG_20171202_114539[1]
Gerbang Benteng Karang Bolong. Awalnya saya pikir ini bentengnya. Ternyata baru gerbangnya

Memasuki area benteng, pohon-pohon lebat  semakin menambah keangkeran. Tembok di bagian luar sebagian besar ditutupi rumput dan lumut. Peninggalan sejarah ini tampak kurang perhatian. Kan sayang kalau lama-lama hancur karena ditumbuhi benalu.

Ada tangga menuju ruangan bawah tanah. Awalnya saya enggak mau masuk, karena ruangannya gelap dan seram. Tapi  syukur Alhamdulillah  ada mas guide yang mengikuti kami dan mengajak kami dan beberapa rombongan untuk masuk.

IMG_20171202_114932[1]
Pekerja paksa dilemparkan dari ruangan di atas tembok tinggi ini untuk dibunuh.
Dari  lantai yang paling atas kami menuruni tangga hingga ke lantai dasar. Ada banyak ruangan yang digunakan sebagai tempat pembantaian, tempat menggantung orang, tempat membuang orang setelah dibunuh, ruang rapat, aula, dll.  Di sana ada satu ruangan yang paling gelap dan ceritanya paling banyak dihuni makhluk halus. Si mas guide nyuruh kami berdiri dengan posisi separo badan masuk ke dalam ruangan dan separonya lagi di luar ruangan. Nanti akan terasa seperti ada  magnet yang menarik di bagian badan yang menghadap ruangan. Hiii.. ya enggak mau lah, takut.  Si kecil juga rada resah di area ini mungkin karena gelap dan pengap. Dan alhamdulillah dia baik-baik aja karena kita masuk dengan tujuan yang baik dan tidak lupa berdoa berserah diri sepenuhnya pada Allah.

IMG_20171202_115303[1]
Bagian tertinggi dari benteng. Letaknya di atas bukit dan menghadap ke laut
IMG_20171202_120210[1]
Tangga menuju lantai dasar sekaligus penghubung ke pantai
Benteng ini ada hubungannya dengan Benteng Pendem di Cilacap. Salah satu misterinya, ada terowongan bawah laut yang menghubungkan kedua benteng.  Menurut penuturan Mas guide, bangunan ini juga masih asli. Hanya ada beberapa bagian yang hancur dimakan zaman dan meriam yang  tidak lagi berada diposisinya karena sapuan tsunami.  Saya tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang pribumi disiksa dan dipaksa membuat bangunan yang super kokoh ini.

IMG_20171202_121007[1]
meriam yang sudah lepas dari dudukannya. Tapi sayang, dudukannya diganti dengan tugu kecil itu. Enggak tahu apa maksudnya

Untuk menuju pantai pasir putih sebenanrya bisa tanpa melalui  benteng ini, tapi mungkin rutenya sudah diautur sedemikian rupa sehingga pengunjung tidak hanya menikmati keindahan tapi juga mempelajari sejarahnya.

Usai memasuki dunia masa lalu, hiaah, kami pun memasuki area yang dielu-elukan sebagai surga dibalik sisi mistis Nusakambangan.  Ya area pantai, apalagi.  Tapi, jalan masih juga belum mulus seperti pipi artis korea. Jalannya tanah dan rawan kepleset.  Di pantai ini lebih bersih dari pantai  sebelumnya. Hewan-hewan laut seperti  umang-umang masih bertebaran di antara tumpukan pecahan batu karang. Pedagang juga ada di sini. Fasilitas tidak ada. Di bagian utara ada air terjun mini menambah keindahan pantai ini.

IMG_20171202_122139[1]
Kesayangan

IMG_20171202_122725[1]
bahagiakan dirimu dengan senyum mereka
IMG_20171202_123002[1]
Calon traveler nih, enggak ada takutnya
IMG_20171202_123903[1]
Biarkan jiwamu lepas, biarkan semua mengalir apa adanya
IMG_20171202_123418[1]
Jika sudah lelah menertawakan diri sendiri maka tersenyumlah pada dirimu sendiri
Selain Pantai Pasir Putih, ada juga Pantai Karang Pandan,  Pantai Rancah Babakan, Pantai Permisan, dan hutan bakau. Tapi harus berjalan lagi  menyusuri hutan. Karena kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya perjalanan kami akhiri sampai di sini. Rute balik tidak melewati benteng tadi lagi, Tapi sepanjang perjalanan tembok-tembok benteng masih terlihat. Itu artinya masih ada ruangan-ruangan benteng bawah tanah yg sangat luas dan tersebar di beberapa tempat.

IMG_20171202_123405[1]
Hidup paling sempurna adalah mengenal dan mencintai diri sendiri
Yah, gitu aja sih. Tapi Alhamdulillah rasa penasaran selama ini sudah terjawab walaupun belum semua.

salam pejalan

-Everyday is holiday-

 

7 thoughts on “Nusakambangan, Pulau Kematian yang Memukau

Leave a comment